Minggu, 23 Maret 2014

PT Dan Motor Vespa Indonesia 1960

Di awal tahun 1960-an Vespa mulai masuk Indonesia dengan ATPM PT Danmotors Vespa Indonesia (DVI). Pada waktu itu membeli sebuah Vespa berarti membeli sebuah simbol status sosial. Hanya orang-orang tertentu dari kalangan menengah ke atas yang sanggup membelinya. Orang-orang pun akan cukup bangga apabila bisa mengendarai Vespa. Bahkan di salah satu daerah, tepatnya di Kelurahan Danukusuman, Solo, hanya satu orang yang mampu membeli sebuah Vespa baru karena harganya pada waktu itu yang cukup tinggi dan jauh lebih mahal dari motor-motor lain. Sampai-sampai pada waktu itu kita bisa memilih mau membeli Vespa atau sebuah rumah.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, persaingan di tingkat industri sepeda motor mulai meningkat dengan masuknya motor-motor bebek buatan Jepang ke Indonesia. Pihak Honda, Yamaha, Suzuki, ataupun Kawasaki cukup responsif terhadap pesaing dan konsumen sehingga dari tahun ke tahun terus memunculkan model-model baru yang lebih trendi, stripping-stripping baru yang lebih gaul, serta aksesoris-aksesoris baru yang lebih modern. Dan sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah, pabrikan-pabrikan Jepang mampu memproduksi motor yang sesuai keinginan konsumen, yaitu irit bahan bakar dan harganya terjangkau.
Di pihak lain, Vespa ternyata kurang responsif menanggapi hal itu. Kepercayaan PT DVI terhadap kesetiaan pelanggan yang cukup tinggi membuat ATPM tersebut terlena sehingga tidak gencar melakukan promosi dan inovasi terhadap perbaikan model. Implikasinya berdampak langsung terhadap penjualan Vespa.
Merosotnya penjualan Vespa lebih disebabkan oleh lemahnya strategi pemasaran PT DVI. Salah satu hal yang bisa dijadikan senjata bagi PT DVI adalah model Vespa yang cenderung beda dan unik. Diferensisasi produk yang seharusnya menjadi ikon utama Vespa tersebut gagal ditampilkan dengan baik oleh PT DVI. Keunggulan teknologi mereka, seperti Automatic Oil Mixer dan CDI juga tidak direspon positif oleh konsumen karena tidak dirasakan sebagai barang baru bagi konsumen. Teknologi tersebut sudah diterapkan sejak lama pada motor-motor bebek 2 tak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar